Perspektif Berpikir Mutu Pendidikan Kita


Globalisasi pada hakekatnya ialah suatu fenomena perubahan peradaban manusia dengan lingkungan image_bukudunia. Didalam prosesnya terjadi interaksi global dari berbagai aspek kehidupan, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasyarat yang menghantarkan bagi munculnya pandangan-pandangan baru yang berskala dunia. Dunia pendidikan Indonesia saat ini setapak demi setapak menata diri untuk menembus batas toleransi kompetitif global sehingga apa yang dikatakan oleh Rana Baskara Heryana salah seorang Dosen jurusan elektro Fakultas Pendidikan dan Tenaga Kependidikan IKIP Bandung bahwa globalisasi menimbulkan kecendrungan yang bersifat global sehingga menuntut orientasi berfikir yang bersifat global pula (R. Baskara, 1991). Mungkinkah kita akan mengikuti kecenderungan global atau memainkan momentum globalisasi sebagai sebuah penguatan potensi untuk meraih perubahan dan menggenggamnya bukan suatu yang absurd ?.

Tulisan berikut merupakan kekuatan perspektif berfikir tentang potret kualitas pendidikan kita yang penulis akan mencoba membedahnya dalam narasi yang imbang sehingga memberikan pilihan-pilihan strategis bagi starting polecy bagi hal yang bersifat evaluatif sehingga memungkinkan upaya-upaya yang sistematis bagi perbaikan mutu pendidikan.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia termasuk Kalimantan Timur-Samarinda adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indicator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama dikota-kota menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagaian besar lainnya seperti dipinggiran kota bahkan di pelosok-pelosok desa belum berjalan maksimal alias masih memprihatinkan.
Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?. Dari berbagai pengamatan dan analisis, setidaknya ada tiga factor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara signifikan dan merata.

Faktor Pertama
Kebijakan penyelenggaraan pendidikan menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.

Faktor Kedua
Penyelenggraan pendidikan dilakukan secara birokratik-sentralistik terkecuali otonomi sekolah secara terbatas, terbatas dari ide, terbatas dari aksi terukur, terbatas dari kemandirian dana, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan utamanya.

Faktor Ketiga
Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat input (dana, apalagi saat ini dana komite akan dihapuskan) bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua murid sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan terhadap pendidikan (stakeholder).

Pentingnya upaya proses pendidikan adalah pengembangan internalisasi bagi upaya pembudayaan dan pengajaran karena pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan individu anak yang dilakukan dengan cara mendidik dan melatih untuk meningkatkan nilai tambah pribadi, menambah kapasitas pengetahuan, keterampilan, sikap, karakter sehingga bisa bertindak sebagai pribadi yang produktif dan berguna bagi diri dan masyarakat.

Pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan secara otonom memberi implikasi bagi satuan kolektifitas komunal sekolah untuk duduk bersama bermusyawarah mufakat bagi upaya perbaikan mutu sekolah secara terukur, transparan dan asih asuh antara pimpinan dan bawahan atau sebaliknya sehingga merupakan suatu produk yang diusung dan diwujudkan bersama-sama.

Dalam hal peran serta masyarakat terhadap sekolah, sudah saatnya penyelenggara pendidikan untuk mengevaluasi keberadaan komite untuk menggantinya dalam peranserta yang lebih luwes dan kompetible seperti lembaga konsultan mandiri yang senantiasa akan seiring sejalan mengevaluasi kendala-kendala sekolah baik yang berhubugan dengan input dana maupun system monitoring pengawalan program kendali mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

Hal ini sangat menjadi berarti agar disamping kekuatan akuntabilitas sekolah (guru terkontrol), juga siswa berada pada rel kualitas personal yang semakin berkembang signifikan dari indikator-indikator pembelajaran yang dirumuskan dan berikan oleh guru selaku penggerak dan penentu kualitas pembelajaran.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah pembiayaan pendidikan

Fungsi Gelombang dan Probabilitas

contoh soal persamaan gelombang